Mengenal "Wanita Listrik" Asal Semarang

Tri Mumpuni dengan alat PLTMH-nya. Foto: istimewa


Tri Mumpuni dijuluki perempuan listrik dan mendapat ragam penghargaan internasional karena dianggap menjadi pahlawan yang menerangi desa terpencil.

Baca juga: Belajar Setia dari Kakek Arifin



Awalnya, dia bersama suaminya Iskandar Budisaroso Kuntoadji sering keluar masuk desa untuk melihat sumber air yang melimpah. Kebanyakan, desa yang melimpah sumber airnya justru belum mendapat akses listrik dari PLN.



Menurut wanita kelahiran Semarang, 6 Agustus 1964 ini, selain berlimpah, posisi geografis desa di Indonesia umumnya cocok untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Dengan memanfaatkan sungai yang memiliki perbedaan ketinggian, air bisa dialirkan untuk menggerakkan turbin yang tersambung ke generator.

Tri Mumpuni memanfaatkan sumber air sebagai pembangkit listrik. Foto: istimewa


Salah satu desa yang pertama kali ia terangi listrik dari pembangkit adalah Dusun Palanggaran dan Cicemet yang berada di kaki Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat pada 1997. Untuk mencapai tempat itu, Tri Mumpuni beserta timnya harus berjalan kaki selama sembilan jam atau naik motor yang rodanya diberi rantai sebab jalan setapaknya licin.

Baca juga: Mengenal Sang Penakluk Harimau Sumatra

Demikian juga di Desa Kamanggih, Kecamatan Kahaungu Eti, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Puluhan tahun warga desa tersebut hidup tanpa listrik, bahkan untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari membutuhkan waktu 7 jam.

Rumah-rumah warga banyak berada di atas bukit, sementara ketersediaan air ada di bawah bukit. Namun kini, telah terang benderang, bahkan ketersediaan air untuk kebutuhan hidup pun bisa didapatkan dengan mudah melalui pompa listrik.

Akhirnya, berbekal teknologi sederhana, melalui Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) yang dipegangnya, dia telah menerangi setidaknya 65 desa-desa terpencil di pelosok Nusantara.

Dikutip dari DW Indonesia, dirinya merasa apa yang dilakukan ini merupakan ‘lifetime commitment'.

"Bisa berbuat sesuatu untuk masyarakat jadi komitmen seumur hidup. Saya pikir saya menikmati dan itu menjadi ‘passion’ saya,“ tuturnya. 



Artikel ini disusun dari berbagai sumber