Hadapi Fenomena Politik Uang Dalam Pertarungan Politik, Sahabat Tino Diskusikan Perbedaan Do It or Duit

Sahabat Tino dalam diskusi bertema do it or duit. Foto. Ist

Politik uang adalah upaya mempengaruhi orang lain pada proses politik. Dalam hal ini jual beli suara yang dilakukan pada proses politik untuk mempengaruhi suara pemilih.

Politik uang dapat diartikan juga sebagai upaya mempengaruhi perilaku orang lain dengan memberikan imbalan tertentu.

Tindakan itu bisa terjadi dalam jangkauan yang luas, dari tingkat paling kecil yaitu pemilihan kepala desa hingga pemilihan umum.

Menanggapi fenomena tersebut, komunitas Sahabat Tino yang dimotori oleh Tino Cahyono menggelar diskusi dengan anggotanya dan elemen masyarakat dalam rangka pemahaman politik sebenarnya.

Dalam diskusi pada hari Senin (10/4/2023) di Desa Keting Kecamatan Jombang Kabupaten Jember, tepatnya di rumah Sulikhah, leader dari Sahabat Tino menemukan fakta tentang politik uang yang terjadi.

Menurut Tino, selain sebagai ajang jual beli suara pada proses demokrasi, alasan lainnya adalah akibat dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap para candidat pemimpin.

"Hal tersebut memberikan efek negatif bagi politikus dengan menghambur-hamburkan uang, demi meraih kekuasaan," ucap Tino.

Tino lantas menyampaikan jika masyarakat harus bisa membedakan makna dari duit dan do it pada proses demokrasi.

"Duit itu adalah uang. Itu artinya suara masyarakat diganti dengan sejumlah materi oleh orang yang ingin berkuasa. Sedangkan do it dalam bahasa Inggris, artinya kerjakan," terang Tino.

Jika masyarakat menginginkan penguasa (pemimpin) yang berintegritas, imbuh Tino, harus menuntut do it pada calon pemimpinnya.

"Jika ingin pemimpin yang bisa mengayomi masyarakat, tuntutlah Jadi kandidat pemimpin yang diminta harus kerja keras," papar Tino.

Lantas Tino juga menyampaikan, untuk memimpin masyarakat harus bisa berorientasi bekerja untuk memperjuangkan nasib rakyat.

"Beda lagi kalo masyarakat terpengaruh dengan duit. Maka akan terpilih pemimpin yang hanya berorientasi pada kekuasaan belaka tanpa mempedulikan kepentingan masyarakat secara luas," pungkas Tino.