Jejak Manusia Purba dan Legenda Akek Antak di Bangka

Jejak-jejak yang dikaitkan dengan kehidupan Akek Antak.
Foto: babelreview


Akek Antak (Kakek Antak) merupakan tokoh sakti yang pernah hidup di masa lalu dan sangat populer di masyarakat Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. 

Konon, hampir semua jejaknya berkaitan dengan keberadaan batu granit di Bangka.

Jejak-jejak yang dikaitkan dengan kehidupan Akek Antak sangat membekas. Seperti batu Telapak Kaki Akek Antak, Bandar Akek Antak, Tudung / Caping Akek Antak dan lain-lain.

Baca juga: Bangunan Diduga Peninggalan Kerajaan Majapahit Ditemukan di Blitar

Kulul Sari, pegiat sejarah dan budaya Bangka, dilansir dari Mongabay Indonesia, menjelaskan ada sejumlah batu yang dikaitkan dengan legenda Akek Antak. Misalnya telapak kaki, tudung atau caping, dan lainnya.

Dia menjelaskan, telapak kaki ditemukan di empat lokasi. Jejak itu ada pada batu granit. Misalnya di Desa Puput, Simpang Katis (abupaten Bangka Tengah), Tanjung Samak, Pesisir Pantai Tuing (Kabupaten Bangka), Pantai Sampur (Pangkalpinang), dan Hutan Mangkak, antara Desa Bakam dan Mabat (Kabupaten Bangka). 

"Semua jejak itu diakui warga sebagai milik Akek Antak,” terangnya.

Baca juga: Lubang Mirip Gua Diduga Makam Prasejarah Ditemukan di Bondowoso

Sementara batu yang dipercaya sebagai bandar Akek Antak berada di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah.

Meski masyarakat Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, sangat akrab dengan legenda Akek Antak, apakah legenda tersebut sebagai penanda geopark atau jejak kehidupan manusia purba?

Berdasarkan titik pengembangan geopark nasional Pulau Bangka oleh Pemerintah Kepulauan Bangka Belitung, tercatat ada sembilan wilayah yakni Bukit Penyabung, Pantai Bembang, Pantai Jerangkat, Pantai Penganak, Tanjung Tengkalat, Pantai Punggur Puing, Gunung Permisan, Sungai Olin, dan Pantai Tapak Dewa.

Baca juga: Sisi Lain Dibalik Keangkeran Alas Roban

Syabaruddin, geologis dari Yayasan Maraspala Indonesia mengatakan, sangat mungkin legenda Akek Antak terkait geopark di Bangka. Sebab, itu bagian dari cultural diversity. Misalnya keberadaan kekayaan batuan beserta kekayaan flora dan faunanya yang membuat manusia tertarik untuk hadir di sana.

“Tapi tetap butuh kajian mendalam. Sebab, sebuah geopark harus memenuhi unsur geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity,” katanya dikutip dari Mongabay Indonesia.

Dia juga menerangkan, metode penelitiannya boleh dimulai dari geologi, arkeologi, maupun ekologi. 

"Sebuah geopark merupakan kumpulan geosite yang mencirikan kekayaan dan keunikan batuannya, flora dan faunanya, dan adanya kebudayaan tumbuh dan berkembang di sekitarnya. Saya pikir legenda Akek Antak mencerminkan hal tersebut. Tapi perlu dikaji lebih mendalam. Perlu keterlibatan banyak pihak dari berbagai disiplin ilmu untuk menentukan sebuah geopark,” katanya.


Sumber: Mongabay Indonesia