Penemu Ikan Terkenal Tapi Tak Dikenal

Iwan Dalauk alias Mbah Moedjair

Olahan ikan mujair mungkin jadi favorit sebagian besar masyarakat Indonesia. Tapi adakah yang tahu asal mulanya? Siapa Penemunya? Ya, sobat triper harus tahu jika ikan mujair yang banyak dijadikan aneka menu ini merupakan hasil penemuan. Bukan sekedar mitos atau gurauan belaka. Mujair adalah hasil rekayasa manusia, karena hakikatnya ikan air tawar ini pada dasarnya hidup di air payau setelah direkayasa. Lalu, siapa yang merekayasa? Iwan Dalauk namanya. Tapi ia lebih dikenal dengan nama Mbah Moedjair.

Mbah Moedjair lahir pada tahun 1890 di desa Kuningan (3 km arah timur dari pusat kota Blitar, Jawa Timur) dan menikah dengan Partimah. Dari pernikahannya, Mbah Moedjair memiliki 7 orang anak. 

Semasa hidupnya Mbah Moedjair memiliki sebuah warung sate yang sangat populer di kalangan masyarakat Blitar. Namun karena Mbah Moedjair memiliki kebiasaan berjudi, pada akhirnya usaha satenya mengalami kerugian yang membuatnya terpuruk. 

Baca juga: Pesona (Religi) Gunung Kawi

Di tengah keterpurukannya ini, kepala desa Papungan, Muraji mengajaknya melakukan tirakat di Pantai Serang setiap tanggal 1 Suro pada penanggalan Jawa. 

Nah di pantai inilah Mbah Moedjair menemukan sekelompok ikan yang menarik perhatiannya. Ikan ini sangat unik, mereka menyembunyikan anak-anaknya di mulut pada saat terancam bahaya. Rasa tertarik rupanya membuat Mbah Moedjair membawa beberapa ekor ikan baru tersebut untuk dipelihara di rumahnya.

Karena habitat yang berbeda tentu saja ikan yang dibawa Mbah Moedjair dari pantai tidak bisa bertahan hidup di air tawar. Namun Mbah Moedjair tak patah semangat dan mulai melakukan riset dengan tekat bahwa ikan ini harus bisa hidup di habitat air tawar. 

Dia pun mulai mengubah-ubah komposisi air tawar dan air laut hingga menemukan campuran yang tepat untuk memelihara ikan baru ini. Usaha menemukan komposisi campuran air tawar dengan air laut Mbah Moedjair, mulai membuahkan hasil pada percobaan ke-11 dengan 4 ekor ikan. 

Perlu diketahui, untuk setiap percobaan, Mbah Moedjair harus pulang pergi ke Pantai Serang dari desa Papungan yang jaraknya 35km dengan berjalan kaki melintasi hutan selama dua hari.

Ikan mujair

Keberhasilan Mbah Moedjair membawa ikan jenis baru ke kolam halaman rumahnya membuat namanya terkenal. Dari satu kolam kemudian berkembang menjadi tiga. Ikan hasil budidayanya dibagi-bagikan ke tetangga dan sisanya di jual ke pasar dan dijajakan keliling dengan sepeda.

Baca juga: Menguak Kisah Porter Gunung Carstensz

Tak pelak, berita mengenai Mbah Moedjair menarik perhatian Asisten Resident (penguasa wilayah Jawa Timur pada masa penjajahan Belanda) yang berkedudukan di Kediri. Asisten Resident yang juga seorang peneliti tersebut kemudian melakukan penelitian mendalam tentang ikan spesies baru sekaligus mewawancarai Mbah Moedjair. 

Berdasarkan hasil penelitian dan literatur yang ada, diketahui bahwa spesies ikan Mbah Moedjair berasal dari perairan laut Afrika. Kemudian sebagai bentuk penghargaan atas usahanya selama ini, Asisten Resident memberikan nama ikan spesies baru ini sesuai dengan nama penemunya, yaitu moedjair (mujair).

Perkembangan selanjutnya, Mbah Moedjair banyak menerima anugerah penghargaan dari berbagai pihak karena ikan hasil temuannya disukai banyak orang bahkan sudah mulai mendunia.

Beberapa penghargaan yang diterima Mbah Moedjair diantaranya adalah dari Eksekutip Committee Indo Pasifik Fisheries Council pada tahun 1954. Sementara penghargaan dari pemerintah Indonesia diterima pada 17 Agustus 1951 dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Makam Mbah Moedjair

Mbah Moedjair meninggal pada 7 September 1957 dan dimakamkan di Blitar dengan batu nisan bertuliskan “MOEDJAIR, PENEMU IKAN MOEDJAIR” yang dilengkapi dengan ukiran ikan mujair. 


Artikel ini disusun dari berbagai sumber