Audun Amundsen, Tinggalkan Kehidupan Modern (part 2)

 

Audun Amundsen. Foto: greenlemon.me

Pertama keluar dari Norwegia, dia menuju India dan Nepal. Setelah tinggal cukup lama di iklim dingin Himalaya, kemudian dilanjutkan ke Indonesia untuk mencari udara panas.  

Baca: Audun Amundsen (part 1)

Setibanya di Indonesia, tepatnya di Sumatera Barat, dia pergi ke pedalaman hutan yang disebutnya sebagai ‘keluar dari jalur dan pergi sejauh mungkin dari budaya saya sendiri’.  

“Saya mendengar bahwa orang-orang tradisional ini tinggal di hutan di Pulau Siberut dan saya seperti ‘wow, itu sangat menarik. Saya ingin melihatnya’,” kata Amundsen sebagaimana dikutip The Sun.  

Awalnya, Amundsen harus bisa meyakinkan pemilik perahu kayu agar mau mengantarkannya ke tempat tujuannya yang membutuhkan waktu perjalanan selama 12 jam untuk sampai di tempat Suku Mentawai. 

Baca juga: Mengenal Suku-Suku di Papua

Sesampainya di tujuan, orang yang ditemui Amundsen pertama kali adalah Aman Paksa, seorang dukun dan anggota suku Mentawai. Mentawai sendiri adalah salah satu suku tertua di Indonesia dan memiliki populasi sekitar 64.000 orang, menjadi yang terbesar di antara pulau yang ada di lepas Sumatera Barat.  

“Karena dia menyukaiku, kami membuat kesepakatan agar aku tinggal selama beberapa minggu,” kata Amundsen.  

Sebagai imbalan atas kebaikan dan keramahan suku Mentawai karena sudah membiarkan dia hidup bersama mereka, Amundsen membantu tugas sehari-hari, termasuk berburu monyet, burung, dan membuat peralatan seperti kano, panah, serta keranjang. 

Amundsen tinggal selama satu bulan dan menguasai beberapa kosa kata orang-orang Mentawai. 

Pada 2009, ia kembali bergabung dengan suku Mentawai dengan membawa peralatan, seperti kamera dan obat-obatan untuk tinggal lebih lama dan mendokumentasikan waktunya bersama mereka di belantara hutan.

Pengalaman itu didokumentasikan dalam sebuah film dokumenter berjudul Newtopia. 

“Saya belajar bagaimana menjadi dan mengikuti ritme alam,” katanya.  

Selama hidup dengan suku Mentawai, Amundsen mengalami berbagai pengalaman berharga. Matanya pernah terinfeksi oleh kotoran sehingga membuat hidupnya cukup kesulitan. Ia juga menyaksikan bagaimana dunia luar mulai menyusup ke ranah hidup suku Mentawai, termasuk semakin banyak ditemukan plastik dan pakaian modern.  

Audun Amundsen saat mengalami gangguan kesehatan pada mata.
Foto: trondheim24.no

Suku Mentawai juga mulai mampu membangun panel Surya untuk mengisi daya kameranya dan mengaliri listrik ke rumah Aman Paksa. 

“Saya pikir pada akhirnya kita akan menemukan keseimbangan antara alam dan modernitas. Tapi sayangnya, saya menduga banyak spesies dan ekosistem akan musnah di mana kita adalah penyebabnya,” katanya. 


Artikel ini disusun dari berbagai sumber