Tradisi Potong Jari Saat Keluarga Meninggal

Lembah Baliem Kabupaten Jayawijaya Papua

Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku yang terdapat di wilayah Pegunungan Papua.
Suku Dani adalah suku asli Papua yang cukup dikenal hingga ke seluruh penjuru dunia. Keberadaan suku ini sudah banyak diketahui, bahkan diteliti oleh ilmuwan dari dalam dan luar Indonesia. Meski masyarakat suku Dani dikenal sebagai suku berperangai keras dan gemar peperangan. Namun pada kenyataannya, Suku Dani adalah suku yang sangat ramah, menyimpan banyak kelembutan, memiliki banyak kemampuan dalam bidang seni, bahkan mereka sangat senang bernyanyi. 

Suku Dani

Keberadaan Suku Dani awalnya diketahui melalui berbagai penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari negara-negara barat sekitar tahun 1900 hingga 1940. Namun pada tahun 1938, ekspedisi pertama yang bersentuhan langsung dengan Suku Dani adalah ekspedisi yang dipimpin oleh Richard Archbold, seorang pakar ilmu hewan serta filantropi asal Amerika Serikat.

Baca juga: Menapaki Jejak Letusan Tambora

Archbold lah yang mengawali penelitian mendalam tentang suku Dani, kemudian para peneliti lain pun silih berganti mempelajari keberadaan suku ini hingga kini.
uku Dani tinggal di kawasan lembah Baliem sejak ribuan tahun lalu. Kehidupan mereka bergantung pada bercocok tanam ubi dan berburu hewan liar untuk mendapatkan sumber protein hewani. 
Gaya hidup ini diketahui oleh para peneliti masa lalu melalui beberapa penemuan berupa kapak batu dan ladang-ladang pertanian di sekitar wilayah lembah Baliem. Seiring berkembangnya jaman, peternakan pun kini menjadi pilihan aktifitas Suku Dani. Mereka suka beternak babi, bahkan hewan ini pun dianggap sangat berharga.
Kehidupan Suku Dani tidak banyak mengalami modernisasi. Banyak tradisi kuno yang masih mereka pertahankan hingga saat ini. Pakaian, rumah adat, gaya hidup, bahkan bahasa asli pun masih mereka pergunakan walau hal-hal modern telah mereka kenal. 

Honai. Foto: jayawijayakab.go.id

Suku Dani hingga kini masih memakai koteka (penutup kemaluan pria yang terbuat dari umbi sejenis labu panjang) dan para wanita pun lebih suka bertelanjang dada dalam kesehariannya. Mereka masih tinggal di honai (rumah khas Suku Dani yang beratapkan jerami, berdinding kayu dan berbentuk jamur) dan bahasa asli Dani masih menjadi bahasa utama mereka, sekalipun mereka juga dapat berbahasa Indonesia.
Suku Dani sangat menarik untuk dipelajari. Banyak kearifan lokal yang bisa didapat dari kehidupan mereka. 
Salah satu tradisi unik sekaligus ekstrim dari Suku Dani adalah Iki Palek.
Iki Palek merupakan ungkapan kesedihan dengan memotong jari. Tradisi ini terbilang ekstrim ini dilakukan saat salah satu anggota keluarga, atau kerabat dekat yang meninggal dunia.
Menurut anggota suku Dani, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan. Rasa sakit dari memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan.
Jari yang dipotong menunjukan berapa banyak keluarga mereka yang telah meninggal. Meskipun mayoritas wanita yang melakukan tradisi ini, tetapi pria juga ikut melakukannya sebagai bentuk kesedihan.
Untuk melakukan tradisi Iki Palek, biasanya menggunakan kapak atau pisau tradisional untuk memotong jarinya. 
Selain menggunakan benda tajam, suku Dani juga terbiasa memakai gigi untuk memotong jari. Mereka akan menggigitnya hingga putus.

Tradisi Iki Palek. Foto: detik.travel.com

Terkadang ada pula yang mengikat jari dengan seutas tali selama beberapa waktu sampai aliran darah berhenti. Ketika aliran darah telah berhenti, pemotongan jari pun dilakukan.
Tradisi Iki Palek kini sudah mulai menghilang akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan agama.
Meski begitu, di antara anggota suku Dani masih bisa ditemui orang-orang tua yang telah kehilangan jari-jari sebagai bagian dari tadisi Iki Palek.


*) Artikel ini dirangkum dari berbagai sumber oleh tim local trip