Warung Makan Bu Lasiyem, Jadi Incaran Investor

Warung Bu Lasiyem terletak di kawasan hotel bintang lima. Foto: istimewa

Jika sobat triper melewati Jalan Palagan Tentara Pelajar di Sleman, Jogja, mungkin kawasan eksotik yang akan dilihat dan diingat adalah Hotel Hyatt Regency Yogyakarta, atau biasa disebut Hotel Hyatt. Bagaimana tidak, hotel bintang 5 tersebut memiliki luas 24 hektare.

Saking luasnya, megahnya bangunan hotel jaringan multinasional asal Chicago, Amerika Serikat ini tidak tampak dari luar, karena terhalang pohon-pohon besar.

Baca juga: Putus Cinta? Makan Bakso Kuburan Mantan Biar Cepat Move On

Namun, ada yang tidak biasa dari kompleks Hotel Hyatt. Jika diamati, ada satu rumah sederhana yang nyempil di halaman muka Hotel Hyatt. 

Keberadaan rumah sederhana yang bukan bagian dari Hotel Hyatt ini menimbulkan pemandangan cukup kontras. Pasalnya, di rumah itu ada sebuah papan bertuliskan: “Warung Makan Bu Lasiyem”.

Pasangan suami istri Tukidi (70) dan Lasiyem (60) adalah pemilik rumah sekaligus warung tersebut. 

Rumah yang ditempati Tukidi dan Lasiyem sangat sederhana. Teras rumah berisi etalase untuk dagangan makanan, sementara di ruang tamu ada kursi dan meja makan bagi pelanggan. Tidak banyak perabotan atau hiasan di dinding rumah.

Dulu, tanah seluas 1.000 meter persegi tempat warung itu berdiri juga sempat ditawar untuk menjadi bagian hotel. Namun, Tukidi menolaknya.

Hingga akhirnya, hotel tersebut dibangun pada 1995 dan diresmikan pada 1997. Warung milik Tukidi tetap pada di tempatnya. Warung dengan menu ramesan itu hingga kini tetap mendampingi hotel bintang lima tersebut.

Baca juga: Sungai di Jogja Terancam Invasi Aligator

Tukidi mengakui, sejumlah karyawan hotel sering makan di warungnya. Harga makanan yang ditawarkan Tukidi pun terjangkau. 

Pria dengan dua anak dan empat cucu ini selama lebih dari 20 tahun bertetangga dengan hotel seluas 25 hektare. Bukan tanpa alasan Tukidi menolak tanah ini dijual. Sebab, tanah tersebut merupakan tanah warisan. Sejak 1985 dia sudah tinggal di sana. 

Sampai sekarang, pria ini tak menyesali keputusannya. Bahkan, dia yakin jika dia menjual tanah tersebut seperti mungkin uangnya juga sudah habis.

Dia juga bercerita, banyak orang-orang yang berpesan kepadanys agar memberi kabar jika hendak menjual tanahnya. 

Warung Bu Lasiyem. Foto: istimewa

Menyikapi banyaknya tawaran untuk tanah miliknya, Tukidi tampak tidak tertarik. Dia mengaku masih ingin terus mempertahankan tanah dan warung tersebut, meski setiap tahunnya dia harus membayar pajak Rp 2,5 juta. 

Kini Tukidi mengaku tetap akan mempertahankan tanahnya. Dia ingin tanah ini diwariskan kepada anak-anaknya kelak.

Ia yakin, kelak tanah dan warung yang dikelola Tukidi ini akan tetap diwariskan ke kedua anaknya.


Disusun dari berbagai sumber