Ritual Mengganti Pakaian Jenazah

Ritual Ma'nene di Toraja. Foto: National Geographic Traveler

Daya tarik Indonesia tidak hanya dari pesona alamnya saja. Keragaman budaya Nusantara juga menjadi daya tarik wisatawan datang ke Indonesia. 
Saat sobat triper berada di Sulawesi Selatan, wilayah Tana Toraja merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi.
Tana Toraja dikenal memiliki berbagai macam warisan budaya yang menarik dan unik. Salah satunya di Kabupaten Toraja Utara yang terdapat tradisi yang unik sekaligus berbau mistis yakni Ma’Nene. 
Ritual Ma'nene yang merupakan kegiatan mengganti pakaian jenazah leluhur atau kerabat keluarga yang sudah meninggal dunia menjadi tradisi rutin setiap tahun.

Baca juga: Mengintip Ritual 'Aneh' Gunung Kemukus

Tradisi ini dipercaya masyarakat lokal secara turun temurun dan berlangsung sejak ribuan tahun silam. Bahkan, tradisi tersebut sudah mendunia. 
Apabila ingin mengetahui langsung Ritual Ma'nene, sobat triper dapat mengagendakan kunujungan ke Kabupaten Toraja Utara pada Juli hingga Agustus. Pada bulan tersebut, dipercaya merupakan waktu yang tepat untuk menggelar Ma'Nene.
Dalam pelaksanaannya, ratusan jenazah dikeluarkan dari kompleks pemakaman orang Toraja, yang disebut Patane, untuk dimandikan lalu dipakaikan pakaian baru dan mewah.
Di kalangan Suku Toraja, mereka meyakini bahwa hubungan keluarga tidak berakhir begitu saja setelah datangnya kematian. Uniknya lagi, rangkaian prosesi itu wajib diikuti dengan suka cita, tanpa ada perasaan berkabung apalagi sampai menangisi jenazah.
Jenazah yang dijemur
sebelum kembali dimasukkan ke peti

Sebelum dimasukkan kembali ke dalam peti, jenazah yang telah dikenakan baju baru, akan dijemur di bawah sinar matahari untuk dikeringkan. Tujuannya, agar jasad tersebut tetap awet. 
Selain mengganti pakaian jenazah, ritual ini juga diikuti oleh ritual pemotongan hewan kerbau dan babi sebagai bentuk persembahan.
Tradisi Ma'nene hingga kini masih eksis di kalangan masyarakat Toraja sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur maupun sanak keluarga yang sudah meninggal dunia.


Kontributor: Raditya Panji Matalkah